Parah Ahli Masih Penyelediki Kasus Cacing Spesies Baru yang Menyerang Manusia

JakartaTahun lalu, seorang pria berusia 23 tahun asal Vietnam dilaporkan mengalami infeksi cacing. Awalnya para ahli menduga bahwa ia diserang cacing Guinea (Dracunculus medinensis), namun penyelidikan lebih lanjut justru menemukan bahwa pria tersebut diserang oleh cacing spesies baru yang hingga saat ini masih menjadi misteri.

Asal usul misteri cacing spesies baru ini bermula ketika sejumlah media Vietnam memberitakan kasus infeksi cacing pada Juni 2020. Pria yang menjadi korban serangan cacing mengunjungi rumah sakit dengan abses (bisul) di sepanjang anggota badan dan lehernya.

Selama perawatan, dokter menemukan lima cacing dewasa, masing-masing sekitar 1 hingga 2 kaki, serta larva di luka pria tersebut. Cacing dan larva itu kemudian diangkat oleh dokter dan sang pasien diberi antiparasit.

Dalam penyelidikan awal, seorang dokter mengatakan kepada media lokal bahwa pria itu tampaknya menderita penyakit cacing Guinea. Gejala infeksi cacing ini umumnya berupa abses, pembengkakan kulit, hingga tetanus.

Meski punya tingkat kematian yang rendah, cacing Guinea dapat menyebabkan pasien lumpuh beberapa minggu hingga permanen, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Dugaan infeksi cacing Guinea di Vietnam word play here menjadi kekhawatiran. Sebab, infeksi cacing Guinea sudah tak ditemukan lagi di Asia.

Cacing Guinea sendiri adalah patogen yang sempat menyerang jutaan orang di seluruh Asia dan Afrika pada tahun 1980-an. Perkembangan kesehatan masyarakat selama beberapa dekade terakhir membuat cacing itu mendekati kepunahan, kecuali di beberapa wilayah di Afrika. Pada tahun 2020, hanya ada 27 kasus infeksi cacing Guinea yang dilaporkan.

Nah, karena lokasi infeksi cacing Guinea terakhir yang diketahui ada di Afrika, kasus di Vietnam bikin ahli khawatir karena ia seharusnya tidak ada di sana.

Namun, penyelidikan lanjutan dari kasus pasien di Vietnam justru menunjukkan hal lain. Alih-alih cacing Guinea, para peneliti mengumumkan bahwa sang pasien diserang cacing jenis baru yang kurang diketahui manusia.

Pada Maret 2021, para dokter yang menangani pasien menerbitkan laporan ilmiah di jurnal International Journal of Infectious Conditions. Setelah perawatan pria itu, mereka mengirim sampel cacing ke CDC untuk pengujian genetik. Hasilnya, CDC menemukan bahwa cacing yang diambil dari pasien itu bukan cacing Guinea, tetapi cacing Dracunculus jenis lain.

Category cacing Dracunculus terdiri dari beragam spesies yang menyerang jenis inang yang berbeda. Dracunculus medinensis atau cacing Guinea adalah satu-satunya cacing Dracunculus yang diketahui menginfeksi manusia. Selain medinensis, beberapa spesies genus Dracunculus, seperti Dracunculus insignis dan Dracunculus lutrae, diketahui menyerang reptil.

Para peneliti menyimpulkan bahwa cacing yang menyerang pasien di Vietnam memiliki kemiripan fisik yang lebih dekat dengan cacing Dracunculus insignis dan Dracunculus lutrae, ketimbang cacing Guinea. Meski demikian, para peneliti kesulitan menentukan jenis cacing tersebut karena beberapa hal.

Pertama, peneliti menjelaskan bahwa mereka enggak punya sampel yang cukup untuk melakukaan perbandingan DNA. Selain itu, cacing Dracunculus insignis dan Dracunculus lutrae hanya ada di benua Amerika dan enggak ada di Asia.

"Analisis urutan DNA dari gen rRNA subunit kecil 18S mengkonfirmasi bahwa parasit ini bukan cacing Guinea, dan menentukan bahwa sampel tersebut milik Dracunculus sp. yang sebelumnya tidak dilaporkan di GenBank yang dikelompokkan dengan Dracunculus insignis dan Dracunculus lutrae yang menginfeksi hewan, terletak di clade yang berbeda dibandingkan D.medinensis," kata para peneliti dalam laporannya.

Para peneliti berhipotesis bahwa mungkin saja cacing itu merupakan spesies yang sudah ditemukan tetapi tidak diurutkan secara genetik. Yang jelas, hingga saat ini identitasnya masih menjadi tanda tanya.

Selain identitasnya yang masih jadi misteri, para peneliti juga belum memahami secara pasti bagaimana cacing tanpa nama ini berhasil masuk ke tubuh dan menginfeksi pasien di Vietnam.

Meski demikian, para peneliti menduga bahwa pasien tersebut meminum air yang terkontaminasi dengan copepoda yang terinfeksi cacing (krustasea kecil yang merupakan bagian dari siklus hidup cacing Dracunculus) atau memakan ikan mentah yang terkontaminasi.

"Inang alami dan rute paparan dari Dracunculus yang mungkin bersifat zoonosis ini belum diselesaikan dan memerlukan penyelidikan dan pengawasan lebih lanjut untuk kasus serupa pada manusia dan hewan di wilayah tersebut," tulis para peneliti.

Dalam artikel editorial yang menyertai riset tersebut, peneliti penyakit menular Martin Grobusch (dari College of Amsterdam) dan Thomas Hänscheid (dari Universidade de Lisboa) memaparkan banyak pertanyaan yang belum terjawab dari kemunculan cacing misterius tersebut.

Mereka memperingatkan agar kita tidak terlalu optimis bahwa kasus penyakit ini hanyalah peristiwa langka.

"Namun, tampaknya tidak terlalu mengada-ada untuk mengusulkan bahwa kita mungkin berurusan dengan salah satu keingintahuan alam daripada munculnya novel patogen cacing yang muncul pada manusia," tulis mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmuwan Berhasil Merekam Penampakan Ubur-ubur Hantu Raksasa Terbesar di Dunia Terekam, Ini Penampakannya

Seorang Mahasiswa Remaja Berhasil Membobol Webcam Mac, Pihak Apple Malah Memberikan Hadiah Rp 1,4 Milliar Atas Aksinya

Penampakan Seekor Kucing Emas Langka Sempat Terekan di Gunung Leuser